Thursday, June 17, 2010

Sebuah Fenomena Bernama OVJ

sebuah fenomena bernama OVJ

kita semua pasti tau OVJ, sebuah tayangan komedi di TRANS7 yang digawangi Parto, Sule, Ajis gagap, Nunung dan banyak lagi pelawak terkenal di Indonesia. Tayangan ini mengambil konsep wayang yang dimainkan oleh orang, dan diberi alahan oleh seorang dalang. Tapi, yang membedakan dengan pertunjukan wayang lainnya, di acara ini "wayang" nya bisa memprotes dalang jika arahannya tidak berkenan, dan terkadang sang dalang pun ikut terlibat dalam cerita.
OVJ benar2 digemari oleh banyak orang, sampai banyak yang meluangkan waktu khusus untuk menonton tayangan yang ditawarkan hampir tiap hari ini (ato emang tiap hari? dah ga pernah ngikutin).
penayangan OVJ juga membawa perubahan berarti dalam dunia lawakan Indonesia. biasa lah, yang ngetrend selalu diikuti orang, ibarat kata iklan rokok, "others can only follow", tapi yang paling banyak diikuti oleh tayangan serupa tapi tak sama yang lain adalah lawakan yang melibatkan kekerasan.
bukan rahasia lagi, pemeras perut utama di tayangan ini bukan dari cerita, dialog, mimik wajah ataupun joke, tapi lebih sering dari adegan2 kekerasan yang ditampilkan. mendorong lawan, membanting properti, dan adegan2 lain yang menjurus kekerasan justru menjadi pemancing tawa di acara ini. semakin banyak properti yang hancur justru semakin keras orang tertawa. mendidik entahlah, tapi sebagian besar menganggap acara hiburan tidak harus mendidik.
tidak heran tayangan komedi akhir2 ini lebih menonjolkan lawakan bergaya slapstick, jokes kasar dan candaan yang menjurus ke kekerasan fisik.
kesan tradisional dari kostum dan setting yg kebanyakan mengambil dari legenda2 di Indonesia hanya menjadi hiasan, karena yang dijual tayangan ini sebenarnya hanya adegan baku hantam antar pemainnya
sedih sebenarnya, tapi apa daya, masyarakat kita akhir akhir ini sepertinya lebih menyukai jenis lawakan seperti ini untuk melepas stress setelah hari yang keras. saya sendiri pun jika menonton ini juga tertawa keras, walaupun dalam hati miris, tidak ada lagi kah tayangan komedi yang lebih "bermartabat"?

No comments:

Post a Comment