Wednesday, January 12, 2011

2 Hari di Batam

berdiri di depan pintu kosan, terhampar pemandangan malam Sungai Panas. lampu2 rumah kelap kelip, entah apa yang dirasa penghuninya. kejauhan samar-samar (gegara gak pake kacamata :p) membayang menara. entah milik siapa, angkuh mencengkeram bumi menentang langit.
apakah dia tidak kedinginan diterapa angin malam? mengapa dia mendiamkan awan yang memandangnya sinis sambil berarak beriring? untuk apa dia mengedipkan lampunya, siapa yang ia tunggu? menara mana yang ia goda? atau sesungguhnya ia mengejap-kejapkan mata menahan tangis, karna pastilah tak mudah berdiri sendiri, bertahun-tahun tanpa ada yang peduli.
ah, menara yang berdiri sendirian ditengah malam, kerlip merahmu mengingatkanku akan rinduku padanya, terus berkerlip, tak peduli ada yang memperhatikan atau tidak, terus berkerlip. bahwa ia ada, disana, terus berkerlip...

Gerimis di Pulau Seribu Malam

Gerimis di pulau seribu malam. Dimana mimpi-mimpi dan harapan bersemayam. Rintik rintik merintih, senandungkan lagu muram. Aku rindu.
Gerimis di pulau seribu malam. Dimana mimpi dan harapan meriak. Ayun mengayun bahtera diri, demi asa persunting kekasih.
Tapi aku tak ingin jadi gerimis, rintik sebentar lalu terlupakan. Biar aku jadi payungmu, agar tiada hujan pun panas terpa wajah indahmu.
Hanya tempias, percik memercik temani langkah-langkah lincahmu yang memikat.. Ah, sungguh aku rindu.
Gerimis di pulau seribu malam. Dimana mimpi-mimpi dan harapan bersemayam. Kularungkan rindu ini, semoga ianya terdampar di pantai hatimu.

Batam - 06012011;1530