Thursday, April 29, 2010

suar tua bertanya kepada malam

Sebuah suar tua, lampunya tak lagi terang, redup lemah menyorot lautan
Sebuah suar tua, tinggal sendiri di tebing, digerus ombak, angin malam pekat
Suar tua bertanya pada malam, untuk apa dia masih berdiri?
Sinarnya tak lagi mampu menembus kabut
Tubuhnya pun mulai lelah digoyang badai, tebing tempatnya menapak pun makin digerus ombak..
Kapal itu kini tak lagi membutuhkannya
Dengan navigasi yang semakin lama semakin canggih, mereka hanya lewat, tanpa sedikitpun menoleh ...
Suar tua merasa tak berguna, bertanya kepada malam,
sampai kapan ia mampu bertahan??

Wednesday, April 28, 2010

Lamunan Tengah Malam

Malam ini kembali aku berbaring sendiri di kamar. Sama seperti malam kemarin dan malam-malam sebelumnya. Sepi… Dingin…

Sayup terdengar suara wanita bercengkrama dengan anaknya, bersenandung lagu nina bobo. Tapi suara sayup itu tidak juga dapat mengantarku mengarungi lautan malam menuju pulau mimpi.

Justru disaat seperti ini lebih sering ku terkenang dengan masa laluku, masa kanak-kanak yang penuh warna, masa-masa kuliah dengan segala problema dan ceritanya, masa merintis karir dari hanya suruhan bos menjadi orang kepercayaan bos di sebuah pulau yang jauh dari pulau tempat ku dilahirkan, hingga masa ketika ku berkenalan dengan cinta pertamaku…

Dia adalah anak ketiga dari empat bersaudara, satu-satunya perempuan, perempuan yang luar biasa. Mandiri, tangguh dan tidak cengeng adalah kesan yang kudapat di awal perkenalan kami. Dua tahun dibawahku tapi pemikiran dan tingkah lakunya sama sekali tidak mencerminkan kalau dia lebih muda dariku. Lugas, tanggap, tegas dan berwawasan luas, itulah kesanku ketika semakin mengenal dirinya. Meski sisi feminimnya tak dapat dia sembunyikan, terkadang manja dan mendahulukan emosi. Tapi justru disitulah daya tariknya.

Kami bertemu di kampus, tak berapa lama setelah penerimaan mahasiswa baru. Di kampus kami waktu itu sudah mengganti kegiatan ospek dengan pengenalan kampus biasa. Tak ada lagi perpeloncoan, tak ada lagi pembodohan, yang ada hanya forum ilmu dan diskusi dan ditutup dengan malam seni keakraban. Aku sendiri tidak pernah tertarik mengikuti acara-acara itu. Aku memilih sibuk dalam kegiatan perkuliahan dan menjadi asisten laboratorium. Laboratorium dasar yang pasti dimasuki oleh mahasiswa tahun pertama.

Kami satu fakultas, beda jurusan. Meski beda jurusan ada beberapa mata kuliah yang sama, karena bagaimanapun tiap jurusan di fakultas kami saling terkait, saling mendukung dan melengkapi. Dan selain asisten laboratorium, akupun dipercaya oleh seorang dosen untuk membantunya mengajar di sebuah matakuliah dasar kepada mahasiswa tahun pertama. Cukuplah bercerita tentang kampus, intinya kami bertemu saat mahasiswa tahun pertama menjalani pengenalan labor bersama kakak pembimbingnya.

Tak mudah ku meluluhkan hatinya nan teguh, tak semudah dia melelehkan hatiku yang telah beku demikian lama. Beku dan tertutup debu perpustakaan. Berbagai perjuangan ku lakukan. Berkirim hadiah kecil, karena kantongku tak cukup tebal untuk mengirimkan hadiah mahal. Menyelipkan kata-kata sederhana, karena otak kaku-ku tidak cukup cair untuk menuliskan pujian puitis penuh bunga. Mengawasinya pulang kuliah hingga dia masuk ke kosnya dengan selamat dari jauh, karena aku tidak cukup berani mengajaknya pulang bersama. Toh aku hanya bisa menemaninya naik angkot, aku tak punya kendaraan pribadi seperti kebanyakan mahasiswa di fakultasku maupun jurusannya.

Hingga akhirnya setelah sepuluh bulan pembulatan tekad, dan dua malam sesi konsultasi dengan karib ku yang kuliah jurusan pertanian, akupun memberanikan diri mengajaknya makan siang bersama. Cukup di sebuah warung tenda pinggir kampus. Murah meriah memang, dan jauh dari kesan romantisnya kencan pertama. Tapi sangat berkesan karena itulah pertama kali aku makan berdua berhadapan dengan orang selain ibuku.
Dari pertemuan ke pertemuan, kami semakin merasakan banyak kecocokan, dan akhirnya memutuskan untuk meneruskan hubungan persahabatan menjadi hubungan perkekasihan. Dan aku yang selama ini dikenal sebagai seorang kutu buku yang dingin kepada wanita pun melepas status tak laku yang selama ini kusandang dengan bangga dan penuh kehormatan.

Waktu terus bergerak. Seiring perjalan cinta kami yang tak selalu mulus tetapi penuh warna, akhirnya aku menyelesaikan perkuliahan dengan nilai sangat memuaskan. Aku diterima mekerja di sebuah perusahaan pemodal asing. Di tahun keduaku, aku diminta membantu pembukaan cabang baru di pulau jauh, yang memaksaku berpisah fisik dari sang cinta pertamaku yang masih melanjutkan perkuliahannya. Walau berat, tapi akhirnya aku menyetujui permintaan kantor dan akhirnya berangkat ke pulau jauh dengan diiringi tetesan airmata cinta pertamaku.

Hingga akhirnya kantor cabang yang kupegang bisa berdiri dengan mapan aku masih belum dapat pulang karena merasa tak dapat meninggalkan cabang yang telah kubesarkan dari awal. Aku merasakan keterikatan batin yang aneh, seperti ayah yang enggan meninggalkan anaknya yang baru pandai berjalan.
Ah… keasikan melamun tak terasa sudah sangat larut larut. Waktunya ku mengendarai guling ini menyeberangi malam. Berlayar menuju pulau mimpi seorang diri. Lagipula esok aku masih harus menemui anak-anakku di kantor. Mereka masih memerlukan bimbinganku hingga bisa berlari sendiri meski tanpa bimbinganku.

Lantunan nina bobo yang tadi sayup sekarang sudah tidak terdengar. Mungkin cinta pertamaku sudah terlelap dikamar jagoan kecil kami. Dia berkeras menidurkan jagoan kecil kami di kamar yang terpisah. Katanya agar dia terbiasa tidur sendiri, juga supaya tangisannya tidak menggangu istirahat malamku. Meskipun jadinya aku yang ditinggal sendiri, dan tetap saja tangisan jagoan kecilku yang lantang terkadang membangunkanku di pagi buta. Seperti malam ini, malam kemarin, dan malam-malam sebelumnya.

Bangkinang, 0912090136

Monday, April 26, 2010

shocking news!!

another flat days for me.. dimulai dari bangun telat, kembali membuka laptop, mencoba bercengkrama dengan CS3 yang masih malu2 menunjukkan mampu nya...
saat sedang menumpukkan beberapa jenis brush, ku mendengar suara percakapan di telefon. suara ibunda yang mendapat berita (yang sepertinya bukan kabar baik) dari ujung sana.
telefon itu datang dari salah satu kakak-ku, yang katanya telah memberhentikan pengasuh anaknya karena si pengasuh dicurigai memberikan paracetamol sebagai obat tidur..
WHAT?? PARACETAMOL?? ANAK 1 TAHUN DIBERI PARACETAMOL???
yah.. begitulah adanya.. walopun ga tertangkap tangan, tapi bukti2 sudah mengarah kesana. kemarin, kakak menemukan paracetamolnya diluar kulkas, padahal saaat itu tidak ada yang sakit. ditanya pengasuhnya, ktanya buat maenan si kecil... alibi yang sangat mencurigakan...
akhirnya si kakak menandai berapa isi paracetamolnya, dan kembali memasukkannya ke kulkas.
tadi siang, pulang kerja, dia kembali mengecek botol paracetamolnya, dan menemukan kalau isinya sudah berkurang..
siapa yang meminumnya? toh tidak ada yang demam. kecurigaan tentu mengarah ke pengasuh. dengan tujuan menidurkan anak, sehingga dia bisa santai di siang hari, si anak (mungkin) dicekoki obat biar ngantuk dan tidur siang...
anak tidur terus otomatis tidak rewel, dan tentu saja tidak makan/minum,.
kasihan.
pantas si kecil kelihatan makin kurus.
akhirnya, diambil keputusan terburuk, si pengasuh diberhentikan dari pekerjaannya, daripada terus menerus. anak sekecil itu direcoki paracetamol entah berapa dosisnya. organnya masih rapuh. sekarang mungkin menidurkan, tapi entah apa efek jangka panjang bagi si anak kalau itu dilanjutkan...
apalagi dia pernah tertangkap tangan memukul anak itu waktu kebetulan kakak pulang di luar jam dia biasa pulang... tapi waktu itu masih di beri kesempatan.
dan kesempatan itu telah habis..

mungkin ini sedikit pelajaran bagi kita, yang mempercayakan pengasuhan anak kepada orang lain. jangan terlalu percaya, usahakan mengontrol pada waktu yang tak terduga, kalau dibiarkan begitu saja nanti yah.. kejadian seperti kakak saya ini... ternyata entah apa yang dilakukan pengasuhnya..

waspadalah, waspadalah!!

Sunday, April 25, 2010

My life Journal

Galeri tentang apa yang ku pikirkan, apa yang kurasakan, apa yang terlintas di benak kotor ini...
wel, ga semua kaya'nya, tapi akan ada banyak sekali...
toh, memulai kebiasaan menulis ga ada salahnya :)
selamat menyesatkan diri ke dalam dunia imajinasiku...
:)