Tuesday, August 3, 2010

Jatuh Cinta atau Mencintai?

Dikutip dari jawaban Rieni Hasan di sebuah rubrik psikologi dengan sedikit perubahan.

Jatuh cinta, terjadi karena suka, atau malah sangat suka, seperti kesukaan pada makanan tertentu misalnya. Ini terkait dengan kesenangan, kenikmatan, rasa enak yang membuat tidak nyaman kalau tidak memakannya, kalau kita tidak memilikinya.
Beda benar dengan ketika membuat keputusan untuk mencintai. Selain ada unsur kesenangan, kenikmatan, ada pula rasa sedih, paht, kecewa bahkan pedih. Kenapa? karena kita bukan sekedar mencicipi, kita langsung terjun kedalam hubungan tersebut, melebur diri ke dalam keterikatan dengan pasangan. Bila cinta pada makanan hanya tersangkut pada rasa enaknya, maka "gudangnya" kesedihan dan kegembiraan adalah cinta yang ktia putuskan untuk dilabuhkan ke seseorang.
Pula, membuat keputusan untuk mencintai pastilah mengandung konsekuensi, diantarana membiasakan untuk berpikir sebagai "kami", dan bukan "saya" lagi. Kalau ada sedih dan pedihnya, kenapa kok manusia tidak kapok membuat keputusan untuk mencintai? Karena kebersamaan yang dijalin kuat dengan saling mencintai inilah yang akan mengantar manusia mencapai tujuan hidupnya untuk berbahagia bersama, meraih banyak hal yang tak bisa diraih bila ia sendirian.
Agar jalinan ini makin lama makin kuat, pasangan harus melakukan beberapa hal bersama-sama. Yang utama adalah tampil sebagai dirinya sendiri dengan penuh kejujuran dan keterbukaan. Inilah sumber self respect, kemampuan menghargai diri sendiri akan berimbas pada respect to others, kemampuan menghargai pasangan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

No comments:

Post a Comment